Senin, 09 Februari 2009

Introduksi

Halo teman-teman, selamat datang di blog kami. 
Di blog kami, anda bisa mendapat pengetahuan yang baru tentang Magelang.
Santai dan selamat membaca blog kami. 

Sejarah

Pada tahun 1810 ketika Inggris berkuasa di sebagian wilayah nusantara, termasuk diantaranya Pulau Jawa, Magelang dipilih sebagai Ibu Negeri Kabupaten Magelang. Diangkat sebagai Regent ( Bupati ) adalah Mas Angabehi Danoekromo.Setelah Negeri Kabupaten Magelang beralih dikusai Belanda Mas Angabehi Dnoekromo diangkat kembali menjadi Regent(Bupati) dengan gelar Raden Tumenggung Danoeningrat berdasar Besluit Gubermen Pemerintah Belanda tanggal 30 Nopember 1813. Beliau wafat tanggal 28 september 1825 ketika memihak Belanda pada saat Perang melawan Pasukan Diponegoro. Atas jasa-jasanya Pemerintah Belanda menganugerahkan gelar Adipati Danoeningrat. Almarhum Adipati Donoeningrat pada masa berkuasa mendirikan Rumah Kabupaten dan sebuah mesjid yang dulu terletak di sekitar Gereja Protestan dalam daerah Desa Magelang, sekarang kompleks jalan Alun-alun utara di kota Magelang. Sehingga almarhum Adipati Danoeningrat I dapat dikatakan sebagai yang mendirikan Negeri Magelang.Setelah masa kemerdekaan, berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1948 Kota Magelang berstatus sebagai Ibukota Kabupaten Magelang. Namun berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 1950, Kota Magelang berdiri sendiri sebagai daerah yang diberi hak untuk mengatur Rumah Tangga sendiri.

Dalam Perkembangannya, Kota Magelang terdapat 4 Badan Pemerintahan yang memiliki fungsi yang berbeda, yaitu :

1. Pemerintahan Kotamadya Magelang (sekarang Pemerintah Kota Magelang)

2. Pemerintahan Kabupaten Kabupaten Magelang (sekarang Pemerintah Kabupaten Magelang)

3. Kantor Karisidenan Kedu (sekarang Badan Koordinasi Wilayah II yang meliputi wilayah eks  Karisidenan Kedu dan Surakarta)

4. Akademi Militer Nasional / AMN (sekarang akademi Militer)

Adanya 4 instansi strategis sebagaimana di atas ternyata mempunyai skala pelayanan yang luas dan membutuhkan fasilitas dan sarana guna menunjang fungsinya masing-masing. Persoalan tata ruang menjadi masalah utama dalam perkembangannya, sehingga ada kebijakasanaan untuk memindahkan Ibukota Kabupaten Magelang ke daerah lain. Selain itu dasar pertimbangan lainnya adalah nantinya pemindahan Ibukota lebih berorientasi pada startegi pengembangan wilayah yang mampu menjadi stimulator bagi pertumbuhan dan perkembangan wilayah.

Selanjutnya dari 4 alternatif Ibukota yang dipersiapkan yaitu Kecamatan Mungkid, Muntilan, Secang dan Mertoyudan, akhirnya Desa Sawitan Kecamatan Mungkid terpilih untuk menjadi Ibukota Kabupaten Magelang dengan nama Kota Mungkid berdasarkan PP Nomor 21 Tahun1982. Peresmian Kota Mungkid dilakukan pada tangga 22 Maret 1984 oleh Gubernur Jawa Tengah. Momentum inilah yang dipakai menjadi dasar Hari Jadi Kota Mungkid.

Geografi

Tata Guna Tanah

Kampung/Permukiman

1,317.00

Ha

Industri

28.20

Ha

Sawah

219.00

Ha

Tanah Kering

137.20

Ha

Kebun Campuran

14.00

Ha

Perkebunan

31.00

Ha

Hutan

21.00

Ha

Semak, Padang Rumput

0.00

Ha

Lahan Kosong, Rusak

100.00

Ha

Perairan dan Lainnya

110.00

Ha

Sabtu, 07 Februari 2009

Politik dan Pemerintah

VISI

Mensikapi perubahan tatanan daerah dan pemerintahan terutama yang berkaitan dengan kebijaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah secara luas dan utuh yang dilandasi UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah don UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat don Daerah yang menunjukkan adanya perbaikan, perubahan don koreksi terhadap peme(ntah don kinerja birokrasi, maka Pemerintah Daerah dituntut adanya peningkatan kinerja yang didasarkan pada Visi don Misi.

Dalam rangka menindaklanjuti hal tersebut Kabupaten Magelang telah berhasil menyusun Visi Kabupaten Magelang :

" Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Magelang yang Bertaqwa, Berdaya Saing, Berbudaya, Mandiri dan Sejahtera " 

dengan makna pada masing-masing kata tersebut :

1. Masyarakat yang BERTAQWA adalah masyarakat yang rakyatnya:

  •  Intensif dalam berhubungan dengan Tuhannya
  •  Intensif dalam berhubungan dengan sesamanya
  •  Menghormati supremasi hukum

2. Masyarakat yang BERDAYA SAING adalah masyarakat yang rakyatnya:

  •  Berpendidikan memadai
  •  Berdisiplin
  •  Bersemangat wirausaha
  •  Berprestasi unggul

3) Masyarakat Yang BERBUDAYA adalah masyarakat yang rakyatnya :

  • Melestarikan nilai-nilai lama yang baik,
  • Menerima don mengembangkan nilai-nilai baru yang lebih baik, yang tidak bertentangan dengan nilai-niiai budaya kita,
  • Menggali nilai-nilai baru yang baik

4) Masyarakat Yang MANDIRI adalah masyarakat yang rakyatnya :

  • Mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, don gangguan dengan kekuatan sosial ekonomi sendiri.

5) Masyarakat Yang SEJAHTERA adalah masyarakat yang tercukupi kebutuhannya lahir-batin.

MISI
Dalam rangka rnengimplementasikan Visi tersebut, telah disusun Misi:

  1. Meningkatkan pembinaan keberagamaan don budaya masyarakat serta meningkatkan kualitas sarananya.
  2. Mengembangkan budaya kerja yang mendorong kreatifitas, profesional, berwawasan ke depan don konsisten.
  3. Mengembangkan sistem pendidikan yang mengacu pada keterkaitan don kesepadanan dengan potensi daerah.
  4. Mengembangkan potensi don produk unggulan daerah guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi rakyat.
  5. Mengembangkan forum kemitraan don pemberdayaan antara pemerintah dengan unsur masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
  6. Mengembangkan kehidupan politik yang demokratis don stabil.
  7. Mengembangkan supremasi hukum bagi mosyarakat don aparat. 

Pembagian Administratif

Pada Pemilu 2009
Kota Magelang tetap dibagi 2 dapil

MAGELANG 

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Magelang tetap memberlakukan dua daerah pemilihan (dapil). Meskipun secara administratif, Kota Magelang terbagi menjadi tiga wilayah kecamatan. Tiga kecamatan tersebut yakni Magelang Utara, Tengah dan Selatan. "Pembagian dapil tetap menjadi dua daerah yakni Magelang Utara dan Selatan.

Karena jumlah penduduk Kota Magelang berdasarkan jumlah penduduk pada saat pilgub lalu baru mencapai 127.784 jiwa," kata Ketua Divisi Ketua Divisi Pendaftaran Pemilih Kampanye dan Pencalonan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Magelang Ir Bagus Triwiyono, Jumat (15/8) Bagus mengatakan penambahan dapil di Kota Magelang dalam pemilu mendatang, jika penduduk Kota Magelang telah mencapai lebih dari 300 ribu jiwa.

BERKURANG

Menurutnya, dalam pembagian dapil dalam pemilu 2009 mendatang di Kota Magelang, untuk dapil I yakni Magelang Selatang. Sedangkan dapil II merupakan gabungan dari Magelang Utara dan Tengah.

Ia menambahkan, dengan tetap mengacu pembagian dua dapil tersebut, jumlah kursi yang ada di DPRD Kota Magelang masih seperti tahun sebelumnya yakni hanya berjumlah 25 orang.

"Yang membedakan, komposisi anggota DPRD Kota Magelang yang berasal dari dapil I (Magelang Selatan) sebelumnya 13 orang, kini berkurang menjadi hanya delapan orang saja," katanya.

Sedangkan untuk dapil II yang meliputi wilayah Magelang Utara dan Tengah, mengalami penambahan dari 12 orang menjadi 17 orang.

Bagus menjelaskan 25 calon anggota dewan yang akan duduk di bangku wakil rakyat periode 2009-2014 mendatang, akan diperebutkan oleh 28 partai politik (parpol) yang terdaftar di KPU Kota Magelang.

"Jumlah kursi di DPRD Kota Magelang bisa bertambah menjadi 30 orang, bila jumlah penduduk Kota Magelang telah mencapai lebih dari 300 ribu jiwa," katanya. Ias/ad

Ekonomi

Sebuah kutipan puisi yang bagi para taruna lulusan Akademi Militer

Magelang akan mengingatkan mereka pada masa-masa penggemblengan

sebagai calon perwira. Gunung Tidar tak terpisahkan dengan pendidikan

militer. Gunung yang dalam legenda dikenal sebagai "Pakunya tanah Jawa"

itu terletak di tengah Kota Magelang. Berada pada ketinggian 503 meter dari

permukaan laut, Gunung Tidar memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa. Di Lembah Tidar itulah Akademi Militer sebagai kawah candradimuka yang mencetak perwira pejuang Sapta Marga berdiri pada 11 November 1957.

Magelang memang lekat dengan sekolah pendidikan militer. Dari kota yang luasnya hanya 18,12 kilometer persegi-paling kecil dibanding kabupaten maupun kota lain se Jawa Tengah-banyak dicetak perwira tinggi yang menjadi pemimpin di negeri ini. Begitu identiknya Kota Magelang dengan sekolah militer dapat dilihat pula dari lambang kota yang menggambarkan topi baja di atas buku, menunjuk pada keberadaan sekolah Angkatan Darat itu. Ditambah lagi adanya SMU Taruna Nusantara yang diresmikan pada 14 Juli 1990 oleh Panglima ABRI saat itu Jenderal Try Sutrisno.

Berada di ketinggian 380 meter dari atas permukaan laut, Kota Magelang memiliki keunggulan dari lokasinya yang strategis, berada di jalur transportasi utama antara dua kota besar, yakni Yogyakarta dan Sema-rang. Jalur ekonomi yang ramai itu menjadi kekuatan utama Magelang di sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Wajar bila kota ini berupaya menjadi kota transit.

Salah satu upaya adalah membenahi terminal angkutan, sebab dari terminal saja pemerintah kota mampu mengumpulkan retribusi hingga Rp 693 juta. Di tahun 2000 pengangkutan dan komunikasi menyumbang Rp 252,57 juta atau 17,76 persen dari seluruh kegiatan ekonomi Kota Magelang.

Kontribusi terbesar kegiatan ekonomi Magelang diperoleh dari sektor jasa, Rp 358,75 juta atau 37,97 persen. Tak salah bila pemerintah kota (pemkot) menetapkan visi Magelang sebagai Kota

Jasa. Untuk mencapai visi itu berbagai fasilitas seperti terminal, parkir, pasar, restoran, dan hotel terus dioptimalkan peran dan fungsinya, karena dari sinilah pemkot bisa menambah kas daerah lewat pajak dan retribusi. Tahun 2001 pendapatan asli daerah (PAD) yang Rp 11,39 milyar, Rp 756,79 juta diperoleh dari retribusi pasar. Keberadaan pasar tradisional seperti Pasar Rejowinangun, Pasar Gotong Royong, dan Pasar Kebonpolo tetap dipertahankan, dan sama sekali tidak terganggu oleh kehadiran supermarket yang lebih modern. PAD terbesar diperoleh dari retribusi pelayanan kesehatan Rp 6,16 milyar. Agaknya Rumah Sakit

Umum (RSU) Magelang menjadi kontributor terbesar. RSU ini merupakan RS swadana (dikelola dengan otonomi penuh) yang ditetapkan Menteri Kesehatan Adhyatma sebagai model RS swadana untuk dikembangkan pada tahap awal di semua RS pemerintah di Jawa. Dengan status swadana itulah pendapatan yang pada tahun 1984 sekitar Rp 116 juta melonjak menjadi Rp 1 milyar di tahun 1991. Sementara di tahun anggaran 2000 PAD yang nilainya Rp 7,47 milyar, Rp 4,96 milyar berasal dari RSU ini.

Sumber pemasukan lain, dari pajak hotel dan restoran yang memberi kontribusi Rp 325,67 juta. Posisi kota yang strategis di tengah-tengah Kabupaten Magelang yang memiliki obyek wisata Candi Borobudur, sangat potensial dalam menjaring wisatawan untuk menginap dan membelanjakan uangnya di kota ini.

Pariwisata memang menjadi andalan Magelang. Obyek wisata seperti Taman Kyai Langgeng bias memberi tambahan kas daerah Rp 398,97 juta. Obyek lainnya yang cukup potensial

mendatangkan rupiah, yakni beberapa museum, di antaranya Kamar Diponegoro di Pendopo Gedung Karesidenan Kedu di bagian Barat Kota, berisi peninggalan Pangeran Diponegoro. Ada pula Museum Sudirman dan Museum Bumi Putera yang merupakan museum asuransi Bumi Putera. Museum yang diresmikan 20 Mei 1985 ini berisi rekaman sejarah Bumi Putera 1912 sejak lahir dan berdiri di kota ini.

Kota "kecil" yang bersih dan asri ini bisa dibilang tidak memiliki sumber daya alam. Terbatasnya lahan ditambah penduduk yang padat membuat daerah ini kesulitan lahan untuk fasilitas pengembangan kota. Tingkat pendapatan per kapita Kota Magelang yang Rp 6,48 juta di tahun 2000 terbilang tinggi dibanding pendapatan per kapita Jawa Tengah Rp 3,3 juta. Namun, jumlah rumah tangga miskin di kota ini masih lumayan tinggi. Tahun 1999 masih terdapat 6.968 rumah tangga miskin atau 22,08 persen. Mereka umumnya bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik, dan pedagang. Merupakan tantangan bagi pemkot untuk meningkatkan taraf hidup mereka di tengah kota yang mampu mencetak jenderal berbintang di negeri ini. (MG Retno Setyowati/ Litbang Kompas )

Demografi


Wilayah

Laki-laki

Perempuan 

Kab. Magelang

591.211

563.750

Kota Magelang

58.767

64.809